Saat hendak mendirikan usaha, banyak orang langsung berpikir untuk menjual produk kepada konsumen individu. Tentu tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Namun, kamu perlu tahu bahwa ada jalur lain yang sering luput dari perhatian, yakni menjual ke bisnis lain! B2B adalah istilah untuk menyebut model bisnis tersebut. Peluangnya pun tak kalah besar, lho, bahkan bisa jadi lebih stabil. Yuk, kita kenalan lebih jauh dengan model bisnis B2B!
Apa Itu Bisnis B2B?
B2B adalah singkatan dari business-to-business, yakni model usaha yang fokus menjual produk atau layanan kepada konsumen bisnis, bukan individu. Dengan kata lain, pelanggan dari B2B adalah perusahaan, lembaga, pemilik toko, atau pelaku usaha lain.
Hal tersebut berbeda dari B2C atau business-to-consumer yang menjual produk kepada konsumen akhir atau individu. Jika dibandingkan, model usaha B2B umumnya memiliki volume produksi cenderung lebih banyak dengan jangka waktu kerja sama yang lebih panjang. Seperti apa contohnya?
Contoh Bisnis B2B
B2B merupakan model usaha yang sudah cukup umum diterapkan di Indonesia. Bahkan, penerapannya bisa kamu temukan di berbagai sektor usaha. Beberapa contoh bisnis B2B adalah sebagai berikut:
- Pabrik tepung yang menjual produknya ke produsen makanan;
- Supplier sembako yang memasok beras, gula, dan minyak goreng ke toko-toko kelontong;
- Percetakan yang menerima pesanan katalog, banner, brosur, dan kemasan produk dari perusahaan, event organizer, hingga sekolah;
- Penyedia software akuntansi yang menawarkan program subscription kepada perusahaan atau pemilik usaha;
- Perusahaan logistik yang bekerja sama dengan toko online atau pabrik.
Baca juga: Tips Memulai Usaha Ekspedisi Rumahan yang Banyak Dicari
Beda Bisnis B2B dengan B2C
Selain B2B, ada pula model bisnis lain yang juga populer di Indonesia, yakni B2C. Yuk, kenali perbedaan keduanya berdasarkan sejumlah faktor berikut:
- Jenis pelanggan
Salah satu perbedaan mendasar B2B dan B2C bisa kamu lihat dari target pelanggan masing-masing model bisnis. Pelanggan utama B2B adalah perusahaan, instansi pemerintah, organisasi, pemilik toko, atau pelaku usaha lain. Sementara itu, B2C menjual produk kepada konsumen akhir atau individu. Contohnya adalah pelanggan yang membeli minyak goreng untuk memasak di rumah atau membeli es kopi di kafe.
- Tujuan transaksi
Dalam model bisnis B2B, pelanggan membeli barang atau jasa bukan untuk konsumsi pribadi, melainkan untuk menunjang kegiatan bisnis mereka. Transaksi B2B biasanya lebih fokus pada efisiensi, peningkatan produktivitas, serta keuntungan jangka panjang.
Di sisi lain, pelanggan B2C membeli barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi konsumen. Sifat transaksinya cenderung lebih emosional atau impulsif. Misalnya, seorang pelanggan membeli tas karena sedang diskon atau desainnya menarik.
- Strategi pemasaran
Beda jenis pelanggan, beda pula strategi pemasaran yang diterapkan. Bisnis B2B umumnya lebih fokus pada hubungan jangka panjang dengan pelanggan atau klien. Untuk mencapai hal tersebut, mereka biasanya melakukan komunikasi yang cenderung formal dan personal, seperti melalui email, presentasi, hingga pertemuan langsung.
Hal tersebut cukup berbeda dari pemasaran B2C yang lebih mengutamakan pendekatan emosional. Mereka fokus pada branding dengan melakukan komunikasi bersifat cepat dan masih. Contohnya melalui media sosial, iklan, atau influencer.
Baca juga: Fungsi dan Komponen Penting Strategi Pemasaran
- Sistem pembayaran
B2B adalah model bisnis dengan sistem pembayaran yang relatif lebih fleksibel. Pelaku bisnis B2B sering kali melakukan pembayaran bertahap atau invoice tempo, misalnya melunasi pembelian maksimal 30 hari setelah produk diterima. Sistem ini diterapkan untuk mengakomodasi transaksi B2B yang umumnya bernilai besar.
Sedangkan, sistem pembayaran B2C biasanya bersifat instan dan langsung, sering kali tanpa proses tawar-menawar. Pembayaran tersebut bisa dilakukan dengan metode tunai, kartu debit atau kredit, transfer, hingga e-Wallet.
- Kompleksitas transaksi
Transaksi B2B cenderung lebih kompleks karena siklus pembeliannya membutuhkan evaluasi dan persetujuan dari berbagai pihak, mulai dari tim pengadaan, manajer keuangan, hingga direktur. Proses ini biasanya membutuhkan dokumen pendukung seperti invoice dan kontrak kerja sama. Hal tersebut cukup berbeda dari transaksi B2C yang sederhana dan cepat. Pelanggan akhir bisa membuat keputusan pembelian dalam hitungan menit atau detik.
B2B adalah model usaha yang fokus menjual produk kepada sesama pelaku bisnis. Buat kamu yang tertarik menerapkan sistem tersebut, tingkatkan peluang sukses dengan menyediakan pembayaran QRIS bagi pelanggan. Dengan metode pembayaran QRIS, transaksi B2B bisa dilakukan tanpa perlu ke bank atau menunggu transfer antar-rekening.
Selain itu, transaksi via QRIS juga akan otomatis tercatat dalam sistem aplikasi, sehingga akan memudahkanmu dalam menyusun laporan keuangan. Untuk menikmati seluruh keuntungan tersebut, langsung saja daftar QRIS gratis melalui aplikasi GoPay Merchant! Yuk, download aplikasi GoPay Merchant sekarang juga dan segera daftarkan usahamu!